Langsung ke konten utama

Makanan Khas Yogyakarta

Makanan Khas Yogyakarta

           Kota Yogyakarta adalah satu diantara kota besar di Pulau Jawa yang disebut ibukota dan pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sekalian tempat kedudukan bagi Sultan Yogyakarta dan Adipati Pakualam. Menurut jakarta food tour Yogyakarta adalah salah satu surganya kuliner.  Bicara masalah wisata, Yogyakarta tidak pernah ada habisnya. Kota yang romantis serta adalah kota pendidikan yang memprioritaskan kekayaan budaya ini, senantiasa asik untuk jadi lokasi untuk berlibur. Dipandang dari sejarahnya, Yogyakarta menaruh sangat banyak makanan khas. Kota Yogyakarta memanglah di kenal dengan adanya banyak jajanan selama jalan. Terdapat banyak yang khas dari Yogyakarta dan beberapa lain yaitu kreasi dari kreatifitas pedagang makanan dan cukup berhasil jadi makanan khas Yogyakarta. Satu diantara makanan khas Yogyakarta yang populer yaitu gudeg Yogyakarta. Gudeg Yogyakarta adalah makanan khas Yogyakarta yang terbuat dari nangka.

1. Gudeg Yogyakarta


Gudeg (bhs Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Kuliner harus khas Yogyakarta yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan ini benar-benar sangat popular karena rasa-rasanya yang lezat. Begitu sulit untuk menyampaikan gudeg mana yang terenak di Yogyakarta. Beberapa besar dari gudeg disiapkan untuk makan malam dengan jam buka mulai jam 09. 00 saat beberapa toko tutup. Karena gudeg-gudeg yang cukup ramai di jual di trotoar di depan pertokoan atau beberapa lokasi pusat keramaian. Ada tiga jenis gudeg, yakni gudeg basah, gudeg kering, dan gudeg manggar. Gudeg basah yaitu gudeg yang dihidangkan dengan kuah santan nyemek yang gurih. Gudeg yang di jual saat malam hari yaitu gudeg basah. Gudeg ini berkuah dan tak tahan lama, tak seperti gudeg kering atau kendil yang di jual selama seharian. Gudeg yang di jual pada malam hari condong tidaklah terlalu manis dan harga nya juga lebih murah. Sedang gudeg kering dimasak kurun waktu yang lebih lama sampai kuahnya jadi kering dan warnanya lebih kecoklatan dengan rasa yang lebih manis. Sesaat gudeg manggar yaitu terbuat dari bunga kelapa. Tetapi gudeg manggar ini tidaklah terlalu gampang diketemukan. Satu diantara gudeg yang populer di Yogyakarta yaitu gudeg pawon yang di jual ketika tengah malam. Butuh saat berjam-jam untuk membuat masakan ini. Supaya gudeng berwarna coklat umumnya dibuat oleh daun jati yang dimasak berbarengan. Gudeg ini dikonsumsi dengan nasi dan dihidangkan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.

2. Sup Kembang Waru



Sup kembang waru ini adalah makanan yang di hidangkan saat ada hajatan-hajatan pengantin di Yogyakarta. Sedikit sup ini di jual diluar acara itu. Sup ini disiapkan oleh seseorang pedagang dengan pengunjung setiap hari cukup banyak. Sup ini akan diketemukan di lantai dua bagian tengah bangunan di food court pasar beringharjo.

3. Sate Klatak



Sate Klathak adalah varian sate khas imogiri. Sate klathak sedikit tidak sama dengan sate biasanya. Ciri khas sate ini yaitu dimasak dengan memakai ruji sepeda tanpa ada bumbu apa pun tetapi hanya garam yang dibubuhkan sepanjang dipanggang diatas api sampai menyebabkan bunyi gemeletak. Daging kambing yang dipotong kecil-kecil ditusuk dengan memakai jerusi besi sepeda. Jeruji besi ini jadi penghantar panas yang baik hingga daging masak sampai kedalam. Bumbunya juga bukanlah memakai kecap seperti sate kambing biasanya. Bumbu yang digunakan hanya garam dengan sedikit ketumbar. Rasa-rasanya semakin lebih nikmat lagi saat Anda menyantapnya berbarengan nasi putih yang sudah disiram kuah gulai. Beberapa pengagum pedas tinggal memberikan irisan cabe rawit fresh. Terkecuali sate, ada menu tongseng dan gule disini. Sate klathak yang populer yaitu warung sate klathak Pak Pong di Pasar Deretan di Jalan Imogiri Timur, Bantul, Yogyakarta.

4. Oseng – Oseng Mercon



Oseng – oseng mercon populer dengan rasa pedasnya. Demikian pedasnya sampai merasa panas meledak di mulut. Oseng-oseng mercon khas Yogyakarta ini yaitu tumis tetelan daging sapi, kikil, gajih, kulit, dan tulang muda yang dioseng – oseng dengan cabai rawit, sampai menyebabkan aroma kuat. Seporsi nasi panas dan oseng-oseng mercon di jual dengan harga 13. 000 rupiah.  Bagi beberapa pencinta pedas yang bertandang ke Yogyakarta, makanan yang super pedas ini mesti anda cicipi, dengan bumbu khas dengan kepedasan yang super oseng mercon ini mengagumkan nikmatnya saat disantap dengan nasi putih panas. Keringat bercucuran dan lidah terbakar tak bakalan membuat kapok menyantap oseng mercon ini. Oseng-oseng ini di jual oleh sebagian warung di selama Jl. KH A. Dahlan. Dan Oseng – oseng mercon yang paling populer lezat yaitu oseng-oseng mercon Bu Narti yang berada di depan gule kepala ikan Mas Agus (samping kiri jalan masuk ke SMA Muhammadiyah Lima)

5. Tempe Benguk



Tempe benguk ini di buat memakai biji benguk, yakni tanaman semacam koro yang bernama latin Mucuna Pruriens. Dalam tempe ini ada cita rasa gurih memikat dari santan dan bumbu yang menyerap dalam tempe benguk. Besengek Tempe umumnya benguk akan lebih nikmat apabila di nikmati berbarengan geblek.

6. Bakmi Jawa



Bakmi jawa tidak sama dengan mi goreng atau mi rebus biasanya. Bakmi jawa yaitu bakmi rebus (atau bakmi godhog) yang dimasak dengan bumbu khas masakan jawa yang dimasak diatas anglo dengan api arang. Bakmi Jawa memakai dua jenis mie dalam satu masakan yakni mi kuning basah dan bihun, memakai telur bebek dan taburan bawang goreng bersama seledri. Bakmi jawa dimasak dengan kombinasi ayam, kol, telur, tomat. Kuahnya yang gurih, membuat bakmi jawa merasa begitu nikmat. Bakmi jawa didapati di banyak tempat di Yogyakarta. Ciri khas yang lain, bakmi jawa dimasak dengan memakai tungku arang yang dimasak perporsi untuk menjaga rasa. Terkecuali mi goreng dan mi rebus, akan diketemukan Magelangan, yakni nasi goreng yang dimasak dengan mie serta mi goreng nyemek (mi goreng dengan masihlah tersisa sedikit air kaldunya). 7. Mangut lele Mbah Marto

7. Mangut lele



Mangut lele adalah makanan khas Mataraman (Yogya – Solo) dan Semarang – Kendal. Sebelumnya dimasak, ikan lele terlebih dulu ditusuk dengan pelepah daun kelapa lantas dibakar diatas tungku dengan memakai kayu bakar. Sesudah lele masak lantas dimasak dengan kuah santan yang gurih dan pedas seperti gulai. Daging lelenya merasa kesat, pedas, dan merasa khas masakan tungku. Sedang kuahnya merasa gurih, asam, sekalian pedas. Mangut lele yang populer di Jogja yaitu Mangut Lele Mbah Marto, di Dusun Nengahan, Ngiring-Ngiring, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Nama warungnya sendiri yaitu Warung Sego Gudeg Geneng Mbah Marto.

8. Brongkos



Sayur brongkos terbuat dari tahu, tempe, dan kacang tolo yang digabungkan dengan kuah santan kental dan kaldu daging fresh. Kuahnya berwarna hitam karena memakai keluwak. Rasa manis, gurih, dan pedas berpadu dengan apik membuahkan rasa yang begitu lezat. Brongkos yang populer di Jogja yaitu Brongkos Bu Padmo di di Tempel, Sleman (dibawah jembatan Krasak) dan brongkos dari RM Handayani di dekat alun-alun selatan.

9. Sego Pecel (SGPC)



Sego Pecel atau disingkat SGC ini yaitu nasi pecel. Pecel adalah kuliner khas Jawa Tengah dan Jogja. Sayur-sayuran seperti tauge, kangkung, bayam, kacang panjang dan sebagainya disiram dengan bumbu pecel yang terbuat dari kacang. Sego pecel yang populer di kota Jogja yaitu Sego Pecel Bu Wiryo yang di jual di sekitaran universitas Kampus Gadjah Mada (UGM). Kelebihan dari sego pecel Bu Wiryo ini yaitu rasa bumbu pecelnya yang mempunyai kombinasi manis dan pedas yang cocok. Untuk lauknya, ada beragam gorengan seperti tempe, tahu, kerupuk gendar, kerupuk aci, telor ceplok, bakwan dan lain sebagainya.

10. Soto Sulung Stasiun Tugu



Soto Sulung Stasiun Tugu adalah soto sulung yang sudah melegenda di Jogja. Soto yang sudah di jual mulai sejak th. 1968 ini diisi daging sapi dan jeroan sapi dengan kuah yang pekat plus potongan telur rebus. Kelebihan Soto Sulung Stasiun Tugu ini terdapat pada dagingnya yang empuk, tak amis, dan bumbu yang meresap prima. Ditambah perasan jeruk nipis dan sambal, memberi enaknya makanan yang satu ini. Warung soto yang berada di kios ruang parkir selatan Stasiun Tugu ini saat ini sudah mempunyai beragam cabang di penjuru Yogyakarta.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Descriptive Text - Tanjung Puting National Park

TANJUNG PUTING NATIONAL PARK Tanjung Puting National Park is an internationally famous ecotourism destination, which is located in the southwest of Central Kalimantan peninsula. Visitors from foreign countries come to this park because of its amazing nature. This is called a park, but unlike any park that you have seen in your city, this is a jungle! It is real jungle, which is home to the most interesting animal in the world: orangutan. Though the park is home to many animals, seeing orangutans is usually the visitors’ main reason to visit the park. Orangutans, which literally mean the man of the forest, are the largest arboreal animal on the planet. Most of their lives are spent in trees where orangutans travel from branch to branch by climbing or swinging with their long arms. To see orangutans, we should go to Camp Leakey, which is located in the heart of Tanjung Puting National Park. Camp Leakey is a rehabilitation place for ex-captive orangutans and also a preserv...

Recount Text - B.J. Habibie

B.J. HABIBIE Bacharuddin Jusuf Habibie known as BJ. Habibie was born on 25 June 1936. He was the Third President of the Republic of Indonesia (1998-1999). Habibie was born in Parepare, South Sulawesi Province to Alwi Abdul Jalil Habibie and R.A. Tuti Marini Puspowardojo. His father was an agriculturist from Gorontalo of Bugis descent and his mother was a Javanese noblewomen from Yogyakarta. His parents met while studying in Bogor. When he was 14 years old, Habibie’s father died. Following his father’s death, Habibie continued his studies in Jakarta and then in 1955 moved to Germany. In 1960, Habibie received a degree in engineering in Germany, giving him the little Diplom-Ingenieur. He remained in Germany as a research assistant under Hans Ebner at the Lehrstuhlund Institut Fur Leichtbau, RWTH Aachen to conduct research for his doctoral degree In 1962, Habibie returned to Indonesia for three months on sick leave. During this time, he was reacquainted with Hasri Ainun...

Simple Past Tense - The Legend of Malin Kundang

GRAMMAR REVIEW SIMPLE PAST TENSE   Look at the except from the text below. Pay attention to words in the bold type. A long time ago, in a small village near the beach in West Sumatra lived a women and her son, Malin Kundang. Malin Kundang and his mother had to live hard because his father had passed away when he was a baby. One day, when Malin Kundang was sailing, he saw a merchant’s ship being raided by a band of pirates. With his bravery, Malin Kundang helped the merchant’s defeat the pirates. To thank him, the merchant allowed Malin Kundang to sail with him. Maling Kundang agreed in the hope to get a better a life. He left his mother alone. Many years later, Malin Kundang became wealthy. He had a huge ship and a lot of crews who worked loading trading journey, his ship landed on a coast near a small village. The local people recognized that it was Malin Kundang. Malin Kundang’s mother ran to the beach to meet the new rich merchant. She wanted to hug...