Ancaman Disintegrasi Bangsa
No.
|
Jenis
Pemberontakan
|
Waktu
Tempat
|
Latar Belakang
|
Tujuan
|
Tokoh
|
Kronologi Singkat
|
Akhir
Pemberontakan
|
1.
|
PKI Madiun 1948
|
18 September 1948
Madiun sekaresidenan
|
1)
Pada awal pemerintahannya Amir Syarifuddin
berniat mendirikan negara komunis.Hal ini dibuktikan dengan adanya pendidikan
politik bagi TNI.
2)
Ketidakpuasan terhadap hasil Renville, dimana
pada saat itu kabinetnya adalah kabinet Hatta. Amir Syarifuddin kemudian melakukan
oposisi,dan membentuk FDR ( Front Demokrasi Rakyat ).
3)
Muso bergabung dengan FDR membuat beberapa
kebijakan yang pada intinya mendukung ide- ide komunis diterapkan di
Indonesia.Puncaknya dengan diumumkannya Republik Soviet Indonesia.
|
Mengganti ideologi Pancasila dengan Komunis
|
-FDR (Front Demokrasi Rakyat )
- Amir Syarifudin & PKI
- Muso
|
Snevliet Dkk pada bulan Mei 1914 di Semarang yang
pada bulan Desember diubah menjadi PKI.
13 Nopember 1926 melakukan pemberontakan
terhadap pemerintah Belanda.
18 September 1948 MUSO memimpin pemberontakan
terhadap RI di Madiun.
Pemberontakan
ini menyebar hampir di seluruh daerah Jawa Timur namun berhasil di gagalkan
dengan ditembak matinya MUSO sedangkan Semaun dan Dharsono lari ke Rusia.
|
1.
Soekarnno- Hatta melalui pidatonya memberikan
pilihan kepada rakyat untuk memilih antara Soekarno-Hatta atau PKI-Muso.
2.
Panglima Besar Jendral Soedirman memerintahkan
kolonel Gatot Soebroto dan Sungkono mengerahkan pasukan TNI.Madiun berhasil
direbut pada tanggal 30 September 1948.
|
2.
|
DI/TII di Jabar
|
7 Agustus 1949
Jawa Barat
|
Tidak sejalan dengan pemerintah RI ketika terjadi
perundingan Renville yang dianggap merugikan pemerintah Indonesia.
|
Membentuk negara islam yang disingkat ddengan NII (Negara
Islam Indonesia)
|
Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo
|
karena tidak setuju
terhadap isi perjanjian Renville. Sewaktu TNI hijrah ke daerah RI (Yogyakarta)
ia dan anak buahnya menolak dan tidak mau mengakui Republik Indonesia dan
ingin menyingkirkan Pancasila sebagai dasar negara.
Untuk itu ia
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan nama Darul Islam (
DI ).
|
Untuk memberantas pemberontakan ini tentara ini menggunakan operasi
Pagar Betis.
Pada tanggal 4 juni
1962 kartosuwiryo berhasil ditangkap di gunung beber oleh pasukan
siliwangi.
|
3.
|
DI/TII di Jateng
|
23 Agustus 1949
Jawa Tengah
|
1)
Adanya persamaan ideologi antara Amir Fatah
dengan S.M. Kartosuwirjo, yaitu keduanya menjadi pendukung setia Ideologi
Islam.
2)
Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap
bahwa aparatur Pemerintah RI dan TNI yang bertugas di daerah Tegal-Brebes
telah terpengaruh oleh "orang-orang Kiri", dan mengganggu
perjuangan umat Islam.
3)
Adanya pengaruh "orang-orang Kiri"
tersebut, Pemerintah RI dan TNI tidak menghargai perjuangan Amir Fatah dan
para pendukungnya selama itu di daerah Tegal-Brebes. Bahkan kekuasaan yang
telah dibinanya sebelum Agresi Militer II, harus diserahkan kepada TNI di
bawah Wongsoatmojo.
4)
Adanya perintah penangkapan dirinya oleh Mayor
Wongsoatmodjo.
|
Membentuk negara islam.
|
Amir Fatah+Pasukan Hizbullah , Kyai Haji
Mahfudz (K.H Sumolangu) + Laskar AUI, Batalyon 426 dari Divisi Diponegoro
Jateng.
|
Pada pemberontakan ini diakibatkan oleh perjanjian
Renville yang mengharuskan TNI pindah dari wilayah Tegal, Brebes dan
Pekalongan.
Namun
Amir Fatah yang menjadi koordinator pasukan di wilayah tersebut tidak mau mengikuti TNI. Antara Amir Fatah dan TNI sering timbul permasalahan, sehingga Amir Fatah memberontak akibat Kartosuwiro mengangkatnya menjadikannya sebagai Panglima TII di Jawa Tengah.
Namun pemberontakan ini tidak berlangsung lama
karena tidak mendapatkan dukungan dari penduduk.
|
Tahun 1957 ditumpas melalui operasi gerakan
Banteng Nasional dari divisi Diponegoro.
|
4.
|
DI/TII di Aceh
|
20 September 1953, Aceh.
|
1.Persoalan otonomi daerah.
2.Pertentangan antar golongan.
3.Tidak lancarnya
rehabilitasi dan modernisasi daerah.
|
Menolak diikutkan provinsi Sumut.
|
Daud Beureuh + PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh)
|
Dipimpin oleh Daud
Beureueh Gubernur Militer Aceh, karena status Aceh sebagai daerah Istimewa
diturunkan menjadi sebuah karesidenan di bawah propinsi Sumatera Utara. Ia
lalu menyusun kekuatan dan menyatakan dirinya bagian dari DI/TII.
Pemberontakan ini dapat dihentikan dengan jalan Musyawarah Kerukunan Rakyat
Aceh ( MKRA ).
|
Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu "
Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa
Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong.
|
5.
|
DI/TII di Kalsel
|
Bulan oktober 1950
Kalimantan Selatan
|
Ketidakpuasan terhadap kebijakan
mengenai TNI.
|
Membentuk negara islam.
|
Ibnu Hajar.
|
Ibnu Hajar, ia menyatakan dirinya bagian
dari DI/TII dengan memperjuangkan kelompok rakyat yang tertindas. Ia dan anak
buahnya menyerang pos-pos kesatuan tentara serta melakukan tindakan pengacauan
yang pada akhirnya Ibnu Hajar sendiri ditembak mati.
|
Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut
pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hadjar dengan diberi
kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota ABRI.
Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi
setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi
sehingga pemerintah akhirnya menugaskan pasukan ABRI (TNI-POLRI) untuk
menangkap Ibnu Hadjar.
Pada
akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap
dan dihukum mati.
|
6.
|
DI/TII di Sulsel
|
17 Agustus 1951
7 Agustus 1953 – 1965
30 April 1950
Sulawesi Selatan
|
Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada
pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi
Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (
APRIS ). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
|
Membentuk negara Islam.
|
Kahar Muzakar
|
Dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakar. Dia
berambisi untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan APRIS ( Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat ) dan menuntut agar 45 Komando Gerilya Sulawesi
Selatan ( KGSS ) dimasukkan ke dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin.
Tuntutan tersebut ditolak oleh pemerintah
sebab hanya mereka yang memenuhi syarat saja yang akan menjadi tentara maka
terjadilah pemberontakan tersebut.
|
1)
Operasi Militer
2)
Pada bulan Februari 1965
Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan
ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.
|
7.
|
APRA di Bandung
|
1949 (pembentukan APRA), Januari 1950
(ultimatum Westerling)
Jawa Barat |
Terbentuknya APRA dilatarbelakangi ketidak puasan
beberapa pejuang terhadap kebijakan pemerintah RIS. APRA dibentuk oleh Kapten
Raymond Westerling pada tahun 1949 dengan dalih sebagai Ratu Adil. APRA
beranggotakan tentara KNIL yang tidak setuju dibentuknya APRIS di wilayah
Pasundan. Basis pasukan APRIS di Jawa Barat adalah Divisi Siliwangi. APRA
ingin agar keberadaan negara Pasundan dipertahankan sekaligus menjadikan
mereka sebagai tentara negara federal di Jawa Barat.
|
Kepentingan KNIL.
|
APRA (Raymond Wasterling dan Sultan Hamid
II) vs pemerintah Indonesia
|
Pada bulan Januari 1950 Westerling
mengultimatum pemerintah RIS. Pasukan APRA mendapatkan dukungan dari tokoh
KNIL Belanda. APRA menyerang Kota Bandung dan dapat menguasai beberapa tempat
penting. Setelah itu, Westerling berusaha menggulingkan kabinet RIS.
|
Untuk mengatasi kekacauan pemerintah RIS
mengirim pasukannya ke Bandung. Perdana Menteri Moh. Hatta mengadakan
perundingan dengan Komesaris Tinggi Belanda di Jakarta. Hasil perundingan
mendesak agar Westerling meninggalkan Bandung. Akhirnya Westerling dan
pasukannya meninggalkan Badung dan sisa pasukannya berhasil dihancurkan.
|
8.
|
Kahar Muzakar
|
17 Agustus 1951
|
Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi
Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar
Muzakkar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya
lainnya dimasukkan dalam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di
bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak di antara mereka yang
tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan
menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat
dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar
Muzakkar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa
persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakkar mengubah nama
pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari
DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965,
Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI (TNI-POLRI) dalam sebuah baku
tembak.
|
Tujuan utama gerakan ini adalah untuk melawan pemerintahan
Soekarno, sosok yang dianggap Kahar Muzakkar mengecewakannya dan sebagai
wujud ketidakpuasannya terhadap cara pemerintah merasionalisasi para
gerilyawan dari masa revolusi kedalam kesatuan Tentara Nasional Indonesia.
|
Kahar Muzakar
|
Awal pemberontakan Kahar di Sulawesi Selatan
bermula dari rencana Pemerintah membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan
(KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat.
Tenyata Kahar Muzakkar menuntut agar
Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan
delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya.
Tuntutan itu ditolak karena banyak di antara
mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil
kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional
(CTN).
Pada
saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar
Muzakkar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa
persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan.
Kahar Muzakkar mengubah nama pasukannya
menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII
Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953.
Selama bergerilya di hutan Kahar beserta
pengikutnya yang mengatas namakan Tentara Islam Indonesia melakukan banyak
hal-hal yang menyimpang. Diantaranya pembersihan berdarah terhadap kaum
bangsawan perampasan hak milik rakyat, beupa emas, tanah, dah harta benda
lainnya untuk digunakan membeli peralatan pergerakan yakni senjata dan biaya
lainnnya selama bergerilya.
Selanjutnya hal yang sangat membuat
Pemerintah Indonesia waktu itu sangat marah yakni tindakan Kahar Muzakkar
yang memproklamasikan Negara RPII pada 14 Mey 1962, dengan mengangkat dirinya
sebagai Khalifahnya.
Selanjutnya Kahar membentuk kabiet RPII
dengan beberapa menteri seperti, Menteri Muda Pertahanan Sanusi Daris,
Menteri Kehakman H. Djunaidi Sulaeman, dan beberapa menteri lainnya.
|
Dengan mengangkatdirinya sebagai Khalifahnya. Selanjutnya Kahar
membentuk kabiet RPII dengan beberapa menteri seperti, Menteri Muda Pertahanan
Sanusi Daris, Menteri Kehakman H. Djunaidi Sulaeman, dan beberapa
menterilainnya.
|
9.
|
Andi Azis
|
5 April 1950
|
Peristiwa Andi Azis adalah upaya
pemberontakan yang dilakukan oleh Andi Azis, seorang mantan perwira KNIL,
yang berusaha untuk mempertahankan keberadaan Negara Indonesia Timur dan
enggan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Andi Azis, para
perwira APRIS (ABRI) (dari kalangan mantan anggota KNIL) harus bertanggung
jawab terhadap gangguan keamanan di wilayah Negara Indonesia Timur yang
menurutnya didalangi oleh pemerintah.
|
Tujuan pemberontakan Andi Azis adalah untuk
mempertahankan keutuhan Negara Indonesia Timur (NIT).
|
Andi Azis
|
Serangan
dimulai tanggal 5 April 1950, dimana saat itu pasukan Andi Azis mengadakan serangan
untuk bisa menguasai tempat-tempat vital. Pada penyerangan tersebut, Pasukan
Andi Azis dapat menawan Panglima Teritorium Indonesia Timur Lernan Kolonel
A.J. Mokoginta.
Untuk
mencegah agar kondisi tidak semakin kacau, pemerintah mengeluarkan ultimatum
tanggal 8 April 1950 yang isinya agar Andi Azis menyerahkan diri dan
mempertanggung jawabkan perbuatannya ke Jakarta dalam durasi atau tempo 4 X 24 jam.
Selain itu, pemerintah juga meminta agar pasukan Andi Azis menyerahkan senjata
dan membebaskan semua tawanan.
Namun,
ultimatum tersebut tidak digubris oleh Andi Azis, hal itulah yang memancing
kemarahan pemerintah waktu itu. Akhirnya, pemerintah merespon dengan
mengirimkan pasukan ekspedisi mendarat di bawah komando Kolonel Alex
Kawilarang. Pasukan tersebut mendarat di Makassar pada tanggal 26 April 1950
dan mengadakan serangan ke pasukan Andi Azis.
Beberapa
bulan berselang, tepatnya tanggal 5 Agustus 1950 tiba-tiba Markas Staf
Brigade 10/Garuda Mataram di Makassar dikepung oleh pengikut Andi Azis, namun
pemberontakan Andi Azis tersebut bisa dipukul mundur oleh pihak TNI.
Pertempuran
tersebut terjadi selama 2 hari, pasukan KNIL/KL yang mendukung gerakan Andi
Azis meminta untuk berunding dengan TNI. Tanggal 8 Agustus 1950, terjadi
kesepakatan antara Kolonel Kawilarang (TNI) dan Mayor Jenderal Scheffelaar
(KNIL/KL).
|
Penghentian tembak-menembak
KNIL/KL harus meninggalkan Makassar dan meninggalkan semua senjatanya
Pada akhirnya, Andi Azis berhasil ditangkap dan diadili di Pengadilan Militer
Yogyakarta pada tahun 1953 dan divonis 15 tahun penjara
|
10.
|
RMS
|
25 April 1950
Maluku
|
Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI
|
Mendirikan negara sendiri.
|
Dr.Christian Robert Steven Soumokil.
|
Pemberontakan ini dipimpin oleh Dr. Christian Robert
Stevenson Soumokil bekas jaksa agung NIT (Negara Indonesia Timur). Ia
menyatakan berdirinya Republik Maluku Selatan dan memproklamasikannya pada 25
April 1950. Pemberontakan ini dapat ditumpas setelah dibayar mahal dengan
kematian Letkol Slamet Riyadi, Letkol S. Sudiarto dan Mayor Abdullah.
|
Diselesaikan secara damai dengan mengirimlkan misi dipimpin
Leimena gagal sehingga kemudian dikrimkan pasukan ekspedisi militer pimpinan
Kawilarang.
|
11.
|
PRRI – Permesta
|
15 Februari 1958
Padang
|
Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi
oleh tuntutan keinginan akan adanya otonomi daerah yang lebih luas. Selain
itu ultimatum yang dideklarasikan itu bukan tuntutan pembentukan negara baru
maupun pemberontakan, tetapi lebih kepada konstitusi dijalankan. Pada masa
bersamaan kondisi pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi
Belanda. Hal ini juga mempengaruhi hubungan pemerintah pusat dengan daerah
serta menimbulkan berbagai ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada
daerah-daerah di luar pulau Jawa.
Dan sebelumnya bibit-bibit konflik tersebut
dapat dilihat dengan dikeluarkannya Perda No. 50 tahun 1950 tentang
pembentukan wilayah otonom oleh provinsi Sumatera Tengah waktu itu yang
mencakup wilayah provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.
|
Keinginan adanya otonomi yang luas.
|
Letnal Kolonel Achmad Husein.
Kolonel Ventje Sumual. D.J. Somba.
|
Setelah Pemilu I dilaksanakan, situasi
semakin memburuk dan terjadi pertentangan . Beberapa daerah merasa
seolah-olah diberlakukan secara tidak adil ( merasa dianaktirikan ) sehingga
muncul gerakan separatis di Sumatera yaitu PRRI
( Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia ) dipimpin oleh Kolonel Ahmad Husen dan PERMESTA ( Piagam
Perjuangan Rakyat Semesta ) di Sulawesi Utara dipimpin oleh D.J. Somba dan
Kolonel Ventje Sumual.
|
Operasi militer Pemerintah mengerahkan
pasukan militer terbesar di sejarah militer Indonesia. Operasi militer
dipimpin AE Kaliurang berhasil kembali menguasai daerah.
|
12.
|
G30S/PKI
|
30 September sampai di awal 1 Oktober 1965
|
Meningkatnya popularitas PKI di Indonesia,
yang tergabung dalam 3 blok paham yang diakomodasi oleh Soekarno, Nasakom
(Nasional, Agama dan Komunis)
Kekhawatiran AS terhadap jatuhnya Indonesia
ketangan komunis
Rumor kurang sehatnya Soekarno
Ketidakpuasan sejumlah tokoh militer terhadap
dewan jendral yang berkuasa di jajaran militer tertinggi yang mengakibatkan
terhambatnya naik jabatan.
|
Berawal dari konspirasi dua pihak yag berlawanan (militer
dan PKI) adalah:
Bagi militer
- untuk kudeta
terhadap Soekarno yang ada dibawah pengaruh PKI
- Untuk mendapatkan dukungan pemerintah AS
Bagi PKI
- untuk mempertahankan posisi Soekarno, sebagai
pendukung-pendukung utama PKI.
|
1. Sjam Kamaruzaman
2. DN. Aidit
3. Letkol Untung
4. Brigjen Soepardjo
5. Kolonel Abdul Latief
|
Pada tanggal 30 September 1965 jam03.00
dinihari PKI melakukan pemberontakan yang dipimpin oleh DN Aidit dan berhasil
membunuh 7 perwira tinggi. Mereka punya tekad ingin menggantikan Pancasila
sebagai dasar negara dengan Komunis-Marxis.
Tanggal
1 Oktober 1965 Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore
hari. Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali
tanpa pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo
Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri.
Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada di sekitar Halim Perdana
Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.
Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma
diserang oleh satuan RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas
perintah Mayjen Soeharto. Pada pukul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah
berhasil dikuasai oleh TNI – AD.
Pada
hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Mayor
C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian
perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang
menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan
bahwa para perwira TNI – AD tersebut dibawah ke Lubang Buaya. Karena daerah
terebut diselidiki secara intensif, akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965
titemukan tempat para perwira yang diculik dan dibunuh tersebut.. Mayat para
perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris tengah ¾ meter
dengan kedalaman kira – kira 12 meter, yang kemudian dikenal dengan nama
Sumur Lubang Buaya.
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur
Lubang Buaya dilanjutkan kembali (karena ditunda pada tanggal 13 Oktober
pukul 17.00 WIB hingga keesokan hari) yang diteruskan oleh pasukan Para
Amfibi KKO – AL dengan disaksikan pimpinan sementara TNI – AD Mayjen Soeharto.
Jenazah para perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua tersebut terlihat
adanya kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi saksi
bisu bagi bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum
wafat.
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira
TNI – AD tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.
Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat
keputusan pemerintah yang diambil dalam Sidang Kabinet Dwikora, para perwira
TNI – AD tersebut ditetapakan sebagai Pahlawan Revolusi.
|
Setelah jelas terungkap bahwa PKI punya keinginan lain maka
diadakan operasi penumpasan :
1. Menginsyafkan kesatuan-keasatuan yang dimanfaatkan oleh PKI
2. Merebut studio RRI dan kantor besar Telkom dipimpin Kolonel
Sarwo Edhy Wibowo dari RPKAD
3. Gerakan pembersihan terhadap tokoh-tokoh yang terlibat
langsung maupun yang mendalanginya.
Akhirnya PKI dinyatakan sebagai partai terlarang dan tidak boleh
lagi tersebar di seluruh wilayah Indonesia berdasarkan SK Presiden yang
ditanda tangani pengemban Supersemar Ltjen Soeharto yang menetapkan
pembubaran PKI dan ormas-ormasnya tanggal 12 Maret 1966.
|
Komentar
Posting Komentar