Penetapan Idul Adha
Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Ied
bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri.
Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban,
untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim
yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.
Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10
bulan Dzulhijjah,
hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri.
Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa
bagi umat Islam.
Pusat perayaan Idul Adha adalah sebuah desa
kecil di Arab Saudi yang bernama Mina,
dekat Mekkah.
Di sini ada tiga tiang batu yang melambangkan Iblis
dan harus dilempari batu oleh umat Muslim
yang sedang naik Haji.
Hari
Idul Adha adalah puncaknya ibadah Haji yang dilaksanakan umat Muslim. Terkadang
Idul Adha disebut pula sebagai Idul Qurban atau Lebaran Haji.
Bahwa bila umat Islam meyakini, bahwa pilar
dan inti dari ibadah Haji
adalah wukuf di
Arafah,
sementara Hari Arafah itu sendiri adalah hari ketika jamaah haji di tanah suci
sedang melakukan wukuf di Arafah, sebagaimana sabda Nabi saw.:
“
|
Ibadah haji adalah (wukuf) di Arafah.
|
”
|
—HR At
Tirmidzi, Ibnu
Majah, Al
Baihaqi, ad Daruquthni, Ahmad, dan al Hakim. Al Hakim berkomentar, “Hadits ini sahih, sekalipun dia berdua [Bukhari-Muslim]
tidak mengeluarkannya”.
|
Dalam hadits yang dituturkan oleh Husain bin al-Harits al-Jadali
berkata, bahwa amir Makkah pernah menyampaikan
khutbah, kemudian berkata:
“
|
Rasulullah saw. telah berpesan kepada kami agar kami
menunaikan ibadah haji berdasarkan ru’yat (hilal Dzulhijjah).
Jika kami tidak bisa menyaksikannya, kemudian ada dua saksi adil (yang
menyaksikannya), maka kami harus mengerjakan manasik berdasarkan kesaksian
mereka.
|
”
|
—HR Abu
Dawud, al
Baihaqi dan ad Daruquthni. Ad Daruquthni berkomentar, “Hadits ini isnadnya bersambung, dan sahih.”
|
Hadits ini menjelaskan : Pertama, bahwa
pelaksanaan ibadah haji harus didasarkan pada hasil ru’yat hilal 1 Dzulhijjah,
sehingga kapan wukuf dan Idul Adhanya bisa ditetapkan. Kedua, pesan Nabi kepada
amir Makkah, sebagai penguasa wilayah, tempat di mana perhelatan haji dilaksanakan
untuk melakukan ru’yat; jika tidak berhasil, maka ru’yat orang
lain, yang menyatakan kesaksiannya kepada amir Makkah.
Seputar Pengertian
Idul Adha (hari raya Kurban) merupakan hari raya umat Islam yang jatuh
pada tanggal 10 Dzulhijah tahun Hijriyah. Seluruh umat Islam mengagungkan nama
kebesaran Allah, takbir selama empat hari berturut-turut. Idul Adha selalu
memberikan makna bagi setiap umat Islam. Bahkan dalam batas-batas tertentu
memiliki makna juga bagi umat lain, karena Idul Adha memiliki misi kemanusiaan
yang bersifat universal.
Pengertian Idul Adha
Idul Adha adalah sebuah hari raya Islam. Pada
hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim (Abraham),
yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk Allah, akan mengorbankan
putranya Ismail, kemudian digantikan oleh-Nya dengan domba.
Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada
pagi hari dan melakukan salat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika
merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban,
untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba
sebagai pengganti putranya.
Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10
bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri.
Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat Islam.
Pada hari raya idula adha, kaum muslimin
selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk
menyembelih binatang kurban bagi yang mampu. Anjuran berkurban ini bermula dari
kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail.
Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam
bagi kita. Betapa tidak, Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati
selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan untuk menyembelih putranya sendiri.
Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Tuhan atau
mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya.
Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat,
perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi
disembelih dengan digantikan seekor domba. al Quran surat al Shaffat ayat
102-109.
Hal Penting Tentang Idul Adha
- Melaksanakan ibadah haji. Haji merupakan salah satu
rukun Islam yang wajib dilakukan oleh ummat Islam yang mampu (istathoah),
menguasai pengetahuan ibadah haji dan mampu mengamalkannya, mampu
membiayai segala rangkaian ibadah haji ke Baitullah, mamiliki kesehatan
fisik dan psikis untuk menunaikan segala rukun dan sunnah haji ke
Baitullah, dan merasa aman dalam proses perjalanan haji. anda dapat membaca
seputar pengertian ibadah haji.
- Berqurban
merupakan ibadah yang dianjurkan kepada umat Islam untuk melakukannya,
karena ibadah qurban tidak hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt,
rabbil ‘izzati, melainkan mendekatkan diri kita dengan sesama insan,
terutama yang seaqidah ketika di Masjidil Haram dan di Arafah ketika
wuquf.
- turunnya
wahyu Allah swt terakhir untuk Rasulullah saw. Jika Idul Fitri diawali
dengan bulan Ramadan suatu waktu yang dipilih oleh Allah swt untuk
menurunkan wahyu yang pertama. Maka wahyu yang terakhir diturunkan
menjelang puncak Idul Adha, saat haji wada’ Rasulullah saw pada tahun ke
10 H, yang berbunyi: Alyauma akmaltu lakum diinakum, waatmamtu ‘alaikum
ni’matii waradliitu lakumul Islaama diinaa.(QS. Al-Ma’idah :3)” Artinya:
"Pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu dan telah aku
sempurnakan nikmatku atasmu dan Aku rela Islam sebagai agama bagimu."
Ayat ini sungguh menggambarkan bahwa keseluruhan ayat Al-Qur’an telah
diturunkan kepada Rasulullah saw dan diyakini sudah sempurna, karena itu
sudah saatnya beliau dipanggil untuk menghadap-Nya untuk selama-lamanya,
ditegaskan pula bahwa Islam sebagai agama yang diridhai-Nya.
Kisah Kesabaran Nabi Ismail
(Sejarah Hari Idul Adha)
Pada suatu hari, Nabi Ibrahim AS
menyembelih kurban fisabilillah berupa 1.000 ekor domba, 300 ekor sapi, dan 100
ekor unta. Banyak orang mengaguminya, bahkan para malaikat pun terkagum-kagum
atas kurbannya.
“Kurban sejumlah itu bagiku belum apa-apa.
Demi Allah! Seandainya aku memiliki anak lelaki, pasti akan aku sembelih karena
Allah dan aku kurbankan kepada-Nya,” kata Nabi Ibrahim AS, sebagai ungkapan karena
Sarah, istri Nabi Ibrahim belum juga mengandung.
Kemudian Sarah menyarankan Ibrahim agar
menikahi Hajar, budaknya yang negro, yang diperoleh dari
Mesir. Ketika berada di daerah Baitul Maqdis, beliau berdoa kepada Allah SWT
agar dikaruniai seorang anak, dan doa beliau dikabulkan Allah SWT. Ada yang
mengatakan saat itu usia Ibrahim mencapai 99 tahun. Dan karena demikian lamanya
maka anak itu diberi nama Isma'il, artinya "Allah telah mendengar". Sebagai
ungkapan kegembiraan karena akhirnya memiliki putra, seolah Ibrahim berseru:
"Allah mendengar doaku".
Ketika usia Ismail menginjak kira-kira 7
tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di
bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah
nazarmu (janjimu).”
Pagi harinya, beliau pun berpikir dan
merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari
setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/merenung).
Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau
bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin
mimpinya itu berasal dari Allah SWT. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut
dengan hari ‘Arafah (artinya
mengetahui), dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah
Arafah.
Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi
dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk
melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena itulah, hari itu disebut denga
hari menyembelih kurban (yaumun nahr). Dalam riwayat lain dijelaskan,
ketika Nabi Ibrahim AS bermimpi untuk yang pertama kalinya, maka beliau memilih
domba-domba gemuk, sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba
api datang menyantapnya. Beliau mengira bahwa perintah dalam mimpi sudah
terpenuhi. Untuk mimpi yang kedua kalinya, beliau memilih unta-unta gemuk
sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang
menyantapnya, dan beliau mengira perintah dalam mimpinya itu telah terpenuhi.
Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah-olah
ada yang menyeru, “Sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu agar menyembelih
putramu, Ismail.” Beliau terbangun seketika, langsung memeluk Ismail dan
menangis hingga waktu Shubuh tiba. Untuk melaksanakan perintah Allah SWT
tersebut, beliau menemui istrinya terlebih dahulu, Hajar (ibu Ismail). Beliau
berkata, “Dandanilah putramu dengan pakaian yang paling bagus, sebab ia akan
kuajak untuk bertamu kepada Allah.” Hajar pun segera mendandani Ismail dengan
pakaian paling bagus serta meminyaki dan menyisir rambutnya.
Kemudian beliau bersama putranya berangkat
menuju ke suatu lembah di daerah Mina dengan membawa tali dan sebilah pedang.
Pada saat itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya dan belum pernah
sesibuk itu. Mondar-mandir ke sana ke mari. Ismail yang melihatnya segera
mendekati ayahnya.
“Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan
dan lucu itu?” seru Iblis.
“Benar, namun aku diperintahkan untuk itu (menyembelihnya),”
jawab Nabi Ibrahim AS.
Setelah gagal membujuk ayahnya, Iblsi pun
datang menemui ibunya, Hajar. “Mengapa kau hanya duduk-duduk tenang saja,
padahal suamimu membawa anakmu untuk disembelih?” goda Iblis.
“Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seorang
ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar.
“Mengapa ia membawa tali dan sebilah pedang, kalau bukan
untuk menyembelih putranya?” rayu Iblis lagi.
“Untuk apa seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar
balik bertanya.
“Ia menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu”,
goda Iblis meyakinkannya.
“Seorang Nabi tidak akan ditugasi untuk
berbuat kebatilan. Seandainya itu benar, nyawaku sendiri pun siap dikorbankan
demi tugasnya yang mulia itu, apalagi hanya dengan mengurbankan nyawa anaku,
hal itu belum berarti apa-apa!” jawab Hajar dengan mantap.
Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia
tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun
menghampiri Ismail seraya membujuknya, “Hai Isma’il! Mengapa kau hanya
bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ketempat ini
hanya untk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang,”
“Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus
menyembelih diriku?” jawab Ismail dengan heran. “Ayahmu menyangka bahwa Allah
memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya.
“Demi perintah Allah! Aku siap mendengar,
patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail dengan
mantap.
Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya
dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil ditanah, dan
langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri.
Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa. Dari sinilah kemudian dikenal dengan
kewajiban untuk melempar kerikil (jumrah) dalam ritual ibadah haji.
Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim AS berterus
terang kepada putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?…” (QS. Ash-Shâffât,
[37]: 102).
“Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku!
Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).
Mendengar
jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim AS dan langsung ber-tahmid (mengucapkan
Alhamdulillâh) sebanyak-banyaknya.
Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail
berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak
bergerak-gerak sehingga merepotkan. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat
oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar
tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan
jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka.”
“Tajamkanlah pedang dan goreskan segera
dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya. Lalu bawalah pulang
bajuku dan serahkan kepada agar ibu agar menjadi kenangan baginya, serta
sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata, ‘Wahai ibu! Bersabarlah dalam
melaksanakan perintah Allah.’ Terakhir, janganlah ayah mengajak anak-anak lain
ke rumah ibu sehingga ibu sehingga semakin menambah belasungkawa padaku, dan
ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama
sehingga menimbulkan rasa sedih di hati
ayah,” sambung Isma'il.
Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu,
Nabi Ibrahim AS menjawab, “Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah
SWT adalah kau, wahai putraku tercinta!”
Kemudian Nabi Ibrahim as menggoreskan
pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan
kakinya, namun beliau tak mampu menggoresnya.
Ismail berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan
tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam
menjalankan perintah-Nya. Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat megetahui
bahwa diriku taat kepada Allah SWT dalam menjalan perintah semata-mata
karena-Nya.”
Nabi Ibrahim as melepaskan ikatan tangan dan
kaki putranya, lalu beliau hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung
menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaganya, namun beliau
masih juga tak mampu melakukannya karena pedangnya selalu terpental. Tak puas
dengan kemampuanya, beliau menghujamkan pedangnya kearah sebuah batu, dan batu
itu pun terbelah menjadi dua bagian. “Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi
mengapa kau tak mampu menembus daging?” gerutu beliau.
Atas izin Allah SWT, pedang menjawab, “Hai
Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sedangkan Allah penguasa semesta
alam berfirman, ‘jangan disembelih’. Jika begitu, kenapa aku harus menentang
perintah Allah?”
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata (bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan
seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 106)
Menurut satu riwayat, bahwa Ismail diganti
dengan seekor domba kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama
itu domba itu hidup di surga. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu
dan ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim AS menggoreskan pedangnya ke leher
putranya. Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir
(Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya
dalam menjalankan perintahnya. Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum
lantas mengagungkan asma Allah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”.
Nabi Ibrahim AS menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”. Ismail
mengikutinya, “Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut
dibaca pada setiap hari raya kurban (Idul Adha).
TATA
CARA SHOLAT ‘IDUL ADHA
A. Sholat
1.
Berdiri
tegak seperti shalat fardhu, lalu membaca lafal niat shalat, ini niatnya:
أصلي
سنة عيد الأضحي ركعتين إماما/مأموم للة
تعالي
Untuk imam, lafadz ma’muman diganti imaman.
2.
Setelah
itu membaca kalimat takbir "ALLAAHU AKBAR" sambil mengangkat kedua
tangan seperti shalat fardhu dan hatinya niat.
3.
Setelah
itu kedua tangan bersedekap dan membaca doa iftitah.
4.
Setelah
membaca doa iftitah, dilanjutkan dengan membaca tasbih
سُبْحَانَ اللهْ وَالْحَمْدُ لِلهْ وَلآ اِلَهَ اِلَّا
اللهْ وَاللهُ اَكْبَرْ
5.
Setelah
membaca tasbih, tangan diangkat kembali setinggi bahu sambil membaca kalimat
takbir "ALLAAHU AKBAR". Setelah itu tangan kembali bersedekap,
membaca tasbih dan melakukan takbir yang kedua. Setelah itu kembali bersedekap,
membaca tasbih dan melakukan takbir yang ketiga. Setelah itu kembali
bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang keempat. Setelah itu
kembali-bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang kelima. Setelah
itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang keenam. Setelah
itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang ketujuh.
Setelah itu kembali bersedekap.
6.
Setelah
selesai melaksanakan 7 kali takbir, dilanjutkan dengan membaca ta'awwudz dan
surat Al-Fatihah, surat atau ayat-ayat tertentu (makmum hanya membaca
Al-Fatihah),
7.
Ruku,
8.
I
'tidal,
9.
Sujud,
10.
Duduk
di antara dua.
11. Sujud,
dan sujud yang kedua.
12.
Setelah
sujud yang kedua, langsung berdiri sambil membaca takbir tanpa mengangkat kedua
tangan. Lalu bersedekap membaca tasbih (lafalnya sama dengan lafal tasbih pada
rakaat pertama).
13.
Setelah
selesai membaca tasbih, dilanjutkan dengan membaca kalimat takbir "ALLAAHU
AKBAR" sambil mengangkat kedua tangan. Setelah itu kembali bersedekap,
membaca tasbih dan melakukan takbir yangkedua. Setelah itu kembali bersedekapj
membaca tasbih dan melakukan takbir yang ketiga. Setelah itu kembali
bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang keempat. Setelah itu
kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang kelima. Setelah
itu kembali bersedekap.
14.
Setelah
selesai melaksanakan 5 kali takbir, dilanjutkan dengan membaca ta'aWwudz dan
surat Al-Fatihah, surat atau ayat-ayatteitentu,
15.
Kemudian
ruku,
16.
I'tidal.
17.
Sujud.
18.
Duduk
di antara dua sujud, sujud yang kedua
19.
Tasyahud akhir.
20.
Setelah itu memberi salam ke kanari dan ke
kiri. Setelah selesai melaksanakan shalat id ini, dilanjutkan , dengan 2
khutbah, baik dilakukan oleh imam shalat id pada saat itu, maupun oleh orang
lain yang telah ditunjuk sebagai khatib. Sedangkan makmum
(jamaah) mendengarkannya dengan penuh
perhatian hingga selesai.
B.
Sunah-Sunah Sebelum Shalat Idul Adha
Ø Berjalan kaki menuju tempat
sholat. “Rasulullah SAW biasa berangkat sholat Ied dengan berjalan kaki, begitu
pula ketika pulang ”(Ibnu Majah) “Rasulullah saw jika melaksanakan sholat ied
beliau melewati jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang “(HR. Bukhori).
Ø Mandi dan memakai pakaian
bagus. Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar ra biasa memakai pakaian yang bagus pada
saat sholat Ied.
Ø Tidak makan sebelum Sholat
Idul Adha. “Abu Raidah ra mengatakan, Nabi saw tidak keluar menuju sholat Idul
fitri sebelum makan dan pada hari raya idul adha beliau tidak makan sebelum
pulang dari tempat sholat kemudian memakan sembelihan beliau” (Tirmidzi, hasan).
C.
Kutbah
Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ رضى الله عنهما يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَة
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, begitu pula ‘Umar biasa
melaksanakan shalat ‘ied sebelum khutbah.”
Setelah
melaksanakan shalat ‘ied, imam berdiri untuk melaksanakan khutbah ‘ied dengan
sekali khutbah (bukan dua kali seperti khutbah Jum’at). Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan khutbah di atas tanah dan
tanpa memakai mimbar. Beliau pun memulai khutbah dengan “hamdalah”
(ucapan alhamdulillah) sebagaimana khutbah-khutbah beliau yang lainnya.
Ibnul
Qayyim mengatakan, “Dan tidak diketahui dalam satu hadits pun yang menyebutkan
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammembuka khutbah ‘iednya dengan
bacaan takbir. … Namun beliau memang sering mengucapkan takbir
di tengah-tengah khutbah. Akan tetapi, hal ini tidak menunjukkan bahwa beliau
selalu memulai khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir.”[34]
Jama’ah boleh memilih mengikuti khutbah ‘ied
ataukah tidak. Dari ‘Abdullah bin As Sa-ib, ia berkata bahwa ia pernah
menghadiri shalat ‘ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
tatkala beliau selesai menunaikan shalat, beliau bersabda,
إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ
“Aku saat ini akan
berkhutbah. Siapa yang mau tetap duduk untuk mendengarkan khutbah, silakan ia
duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan ia pergi.”
Adapun rukun
khutbah adalah
1.
Takbir 9x takbiran pada khutbah pertama dan 7x pada
khutbah ke dua
2.
Memuji kepada Allah SWT.
3.
Membaca sholawat.
4.
Wasiat untuk bertaqwa.
5.
Membaca ayat al-Qur’an pada salah satu khutbah.
6.
Membaca doa kepada orang-orang muslim.
C. Bacaan bilal
·
Saat
akan melaksanakan shalat idul adha
صلوا
سنة عيد الأضحي ركعتين جماعة رحمكم الله
·
Saat
akan khutbah (khotib naik ke mimbar)
لله
أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد.
يا
معا شرالمسلمين وزمرة المؤ منين رحمكم الله. اعلموا أن يومكم هذا يوم عيد الأضحى ويوم السّرور ويوم المغفور. أحلّ الله
لكم الطّعام. وحرّم الله عليكم اصّيام. إذا صعد الخطيب على المنبر أنصتوا أثا بكم
الله واسمعوا أجار كم الله. وأطيعوا رحمكم الله.
اللّهمّ صل على سيدنا محمّذ. اللّهمّ صل على سيدنا
ومولانا محمّذ. اللّهمّ صل على سيدنا ومولانا محمّذ وعلى آل سيدنا محمّذ.
اللّهمّ قوّالإسلام والإيمان من المسلمين ولمسلمات
والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. وانصر هم على معاندى الدّين. واختم
لنا منك بالخير وايا خيرالنّاصرين برحمتك ياأرحم الرّاحمين.
· Saat khotib duduk diantara dua khutbah.
اللّهمّ صل على سيدنا ومولانا محمّذ وعلى آل سيدنا
محمّذ.
Komentar
Posting Komentar